Teman saya pernah “mengeluh” karena suaminya tak pernah memberinya
bunga. “Dia benar-benar bukan laki-laki romantis!” ujar teman saya itu.
“Dia suami yang baik, bertanggung jawab, soleh, dan pekerja keras. Tapi,
bagaimanapun, saya juga perempuan biasa, yang ingin mendengar suami
mengucapkan kata-kata cinta dan memberi setangkai bunga…”
Benarkah cinta hanya terbatas oleh bunga dan kata-kata?
Secara tak sadar, sebetulnya kita telah terjebak oleh “didikan”
sinetron dan telenovela yang kita saksikan di TV. Mereka mendesain cinta
hanya sebatas romantisme, memberi bunga, kecupan di kening, atau kata “i love you” saja. Menurut saya, itu sangat konyol. Sungguh!
Cinta bukan hanya perihal mendapatkan dan mendapatkan. Bukan juga
hanya bernilai dengan sekuntum mawar merah yang ia kirimkan untuk Anda.
Bukan pula sekedar ungkapan : “aku cinta padamu” atau yang searti dengan
itu.
Cinta adalah perihal memberi tanpa syarat.
Lihatlah suami Anda saat ini. Mungkin saja ia tak pernah memberi Anda
bunga, atau membelikan perhiasan mahal untuk Anda. Mungkin saja ia tipe
lelaki yang tak bisa membahasakan cintanya secara verbal. Tapi, lihatlah
“bahasa cinta”nya yang lain: tanggung jawabnya terhadap Anda dan
anak-anak, bantuannya saat Anda kesulitan memakai komputer, membantu
Anda memandikan si kecil, membuang sampah, mencuci piring, bahkan
mencuci pakaian Anda. Juga betapa kerasnya usahanya mengumpulkan biaya
saat Anda harus menjalani operasi. Kekhawatirannya saat Anda mengalami
masa-masa kritis.
Cobalah mencari setiap detil kebaikan-kebaikan suami Anda. Syukuri
dan hargai atas apa yang telah ia lakukan untuk Anda. Hati kita akan
terasa lapang jika kita banyak mengingat-ingat kebaikan orang lain. Akan
menjadi lebih mudah untuk menumbuhkan cinta, atau mempertahankannya.
Sekarang, saya bertanya pada Anda: cintakah Anda padanya? Tentu Anda
akan menjawab, “ya”. Nah, jika Anda mencintainya, maka cintailah ia
sebagai dirinya. Jangan mencintainya karena sebuah alasan, misalnya:
karena dia memiliki wajah yang tampan. Tapi, Anda menolak kekurangannya,
misalnya: ia tidak romantis.
Mencintai seseorang itu seharusnya satu paket. Mencintainya berarti
Anda mau menerima kelebihan dan kekurangannya. Sebagaimana ia menerima
Anda dengan segala keterbatasan Anda.
Cinta tak selalu harus berwujud bunga. Bersyukurlah jika saat ini
Anda memiliki seorang suami yang romantis dan senang memberikan
kejutan-kejutan kecil untuk Anda. Tapi, jika suami Anda bukan tipe
romantis, Anda pun tetap harus bersyukur atas kehadirannya di sisi Anda.
Coba Anda bayangkan, jika Anda memintanya untuk mengambil sebuah bunga
demi Anda di puncak bukit, dengan resiko ia jatuh ke jurang dan mati.
Bagaimana perasaan Anda? Anda tentu akan merasa sangat kehilangan dan
akan sangat merasa bersalah, bukan? Anda mungkin akan mendapatkan bunga
yang Anda inginkan. Tapi, Anda kehilangan “sesuatu yang lebih besar”,
yaitu kehadirannya.
Namun, saya akan memberikan saran pada Anda, para suami, terutama
jika Anda termasuk orang yang tidak biasa mengungkapkan perasaan Anda
dalam bahasa verbal. Anda harus berlatih mengungkapkannya. Mengapa?
Karena ungkapan cinta adalah sesuatu yang penting, terutama jika
pasangan Anda adalah tipe orang yang ekspresif. Tentunya, ia ingin
mendengar ungkapan cinta Anda terhadapnya.
Kebosanan dan kejenuhan biasa datang ketika pernikahan mencapai usia
beberapa tahun. Karena itu, penting sekali bagi Anda dan pasangan untuk
menghangatkan hubungan. Cobalah untuk belajar mengungkapkan apa yang
Anda rasakan. Jangan sampai pasangan Anda merasa Anda tidak merasa
bahagia bersamanya.
Belajar bersikap romantis, itu perlu. Awalnya mungkin kaku. Namun,
Anda harus belajar mencobanya. Anda bisa membiasakan diri dengan
pasangan melakukan WIFLE atau curhat harian. Ungkapkan apa yang Anda
rasakan, atau apa yang ingin Anda dengar dari pasangan Anda.
Rosulullah sendiri adalah orang yang romantis, dan senang
mengungkapkan perasaannya kepada istri-istrinya. Mengapa kita tidak
meneladaninya?



Tidak ada komentar:
Posting Komentar